Ada banyak permasalahan yang dihadapi mualaf yang jarang diketahui masyarakat. Selain permasalahan psikologis berupa perasaan malu untuk belajar baca Al-Qur’an karena rata-rata mualaf adalah orang-orang yang sudah berumur, masalah ekonomi juga sering dialami oleh para mualaf.
Masalah ekonomi ini muncul biasanya akibat adanya diskriminasi atau kemiskinan. Diskriminasi yang sering dialami mualaf adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari tempat kerja atau tidak diakuinya seseorang menjadi bagian dari keluarga akibat memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Masalah ekonomi para mualaf yang bersumber dari kemiskinan biasanya bermula dari latar belakang status ekonomi mereka sebelum memeluk agama Islam. Dalam konteks para mualaf yang berasal dari Desa Ngembat, kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, mereka adalah petani kecil yang sudah miskin sebelum masuk Islam. Masyarakat mualaf Desa Ngembet rata-rata berusia di atas 50 tahun. Mereka menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian yang tidak seberapa.
Baca juga: DQ dan Kitabisa Bagikan Ratusan Paket Sembako untuk Ojol dan Guru Ngaji Terdampak Covid 19
Sebagian pemuda yang ingin merubah nasib mereka pergi merantau ke Surabaya. Dari perantauan ini pemuda-pemuda Desa Ngembat mengenal Islam dan memutuskan menjadi mualaf. Ketika pemuda-pemuda ini pulang kampung, mereka mengajak sanak kerabatnya untuk masuk Islam. Hasilnya, masyarakat Desa Ngembat berbondong-bondong bersyahadat dan masuk Islam.
Melihat kesulitan ekonomi yang dialami para mualaf Desa Ngembat, Dompet Al-Qur’an Indonesia (DQ) tergerak untuk memberi bantuan. Bantuan itu berbentuk sembako untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Suwarti, salah satu petani Desa Ngembat yang menjadi mualaf merasa gembira dengan adanya bantuan sembako dari DQ. Dengan bantuan tersebut ia merasa diperhatikan dan menjadi bagian dari persaudaraan dalam iman islam. Ia berharap bantuan ini bukan hanya menjadi penyemangat masyarakat mualaf Desa Ngembat dalam kegiatan ekonomi tapi juga membuat masyarakat semakin bergairah dalam memperdalam agama islam. “Semoga masyarakat jadi semakin istiqomah dan dalam beriman dan berislam. Semoga masyarakat mualaf bisa semakin berdaya dan sejahtera,” ujar Suwarti.
Baca juga: DQ Dampingi MCI Jawa Timur Terima Donasi Yayasan Seribu Senyum
Tidak berbeda dengan Suwarti, Wajak juga gembira dengan terjalinya silaturahmi melalui program bantuan sembako DQ untuk para mualaf di desanya. Ia merasa lebih tentram dan damai dengan memeluk agama Islam. Ia merasa juga sangat senang ada yang memperhatikan mualaf di desanya. “Saya terharu dan bahagia karena ada yang peduli dengan kami para mualaf yang ada di desa. Saya juga merasa lebih tentram dalam berislam karena banyak yang peduli,” tutur Wajak
Sementara itu, Direktur DQ, Agung Heru Setiawan berharap kegiatan pembagian sembako ini akan menjadi penguat jalinan tali silaturahmi antara DQ dan warga mualaf Desa Ngembat. Ia juga berharap masyarakat mulai peduli pada para mualaf yang hidup di pelosok agar mereka bisa lebih sejahtera dan berdaya.
“Mudah-mudahan ukhuwah antara DQ dan masyarakat Desa Ngembat bisa terus terjalin sehingga DQ bisa terus membersamai kegiatan masyarakat. Semoga kita semua bisa terbuka bahwa ada masyarakat mualaf di pedalaman yang butuh pertolongan kita,” pungkas Agung.
[…] Baca juga: DQ Bagikan Puluhan Sembako untuk Mualaf Desa Ngembat Mojokerto […]