Kedekatan seorang muslim dengan Al Qur’an merupakan manifestasi keimanan. Semakin kuat keimanan, semakin besar pula kecintaan pada Al Qur’an. Allah menjadikan Al Qur’an sebagai pesan-pesan-Nya yang mudah untuk dipelajari, sesuai firman Allah dalam Surah al Qamar ayat 17 yang artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al Qur’an untuk dijadikan pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” Dan salah satu tanda orang yang mencintai al Qur’an adalah berusaha untuk selalu dekat dengan Kitab Allah tersebut. Baik itu sekadar membaca atau bahkan menghafalkannya.
Akan tetapi, terkadang ada kesulitan atau hambatan ketika mencoba untuk menghafal Al Qur’an, hingga pada akhirnya memunculkan sikap malas, atau bahkan lebih memilih untuk menutupnya. Astaghfirullah… Nah, hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam proses menghafal Al Qur’an? Berikut ulasannya:
Hal pertama adalah yang terpenting adalah niat tulus. Harus memiliki i’tikad kuat dan sungguh-sungguh. Membaca ta’awuz saat memulai kegiatan menghafal adalah suatu keharusan. Karena hanya Allah lah Sang Pelindung dan Penjaga keimanan dari segala godaan.
Baca juga: Tiga Golongan yang Disebut dalam Al Qur’an
Setelah memiliki niat yang tulus, hal kedua adalah mencari mentor atau guru. Mengapa? Karena jauh lebih baik ada yang memantau dan mengoreksi hafalan. Setidaknya ada orang yang membantu dalam melafalkan makharijul huruf bacaan secara tepat. Mentor atau guru ini juga nanti yang memberi metode serta solusi bagaimana menghafal menjadi semakin mudah dilakukan. Selain guru, bergabung dengan komunitas bervisi dan misi yang sama dengan kita. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga niat dan i’tikad serta motivasi dalam menghafal Al Qur’an. Dimana dengan berkumpul bersama orang-orang positif, juga akan memberi dampak positif pula pada kita.
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam menghafal Al Qur’an adalah hal keempat, yaitu tidak berganti-ganti mushaf selama proses penghafalan. Allah begitu luar biasa menciptakan kepala dengan berisi miliaran benang halus yang disebut saraf dengan kemampuan super canggih. Salah satu kecanggihannya adalah kemampuan merekam dan mengcopy-paste apa yang dilihat untuk kemudian disimpan dalam memori otak. Apabila berganti-ganti mushaf, maka proses perekaman di otak juga akan terganggu. Selain itu, agar lebih mudah dalam proses menghafal, tidak perlu terburu-buru agar cepat khatam dan lanjut di Surah berikutnya. Menghafal beberapa ayat sesuai kemampuan memori saja. Karena, bukan seberapa banyak ayat yang bisa dihafal, akan tetapi seberapa lengeket ayat tersebut diingatan kita.
Dan yang terakhir adalah berdoa, agar Allah senantiasa memberi kemudahan di tiap niat baik kita untuk berusaha dekat dengan-Nya, serta menetapkan hafalan-hafalan yang sudah kita lakukan.{}
Baca juga: Membaca Al Qur’an Tanpa Berwudhu, Bolehkah?