Ada dua kemungkinan arti dari harta dan kenikmatan yang kita miliki. Nikmat dari Allah, ataukah istidraj (kesenangan dan nikmat yang Allah berikan kepada orang yang jauh dari-Nya yang sebenarnya itu menjadi azab baginya apakah dia bertobat atau justru semakin jauh)?
Ciri-ciri harta yang menunjukkan bahwa Allah mungkin sedang memberikan istidraj pada kita ada pada berikut ini.
Kenikmatan Duniawi Melimpah Ruah Padahal Imannya Terus Menurun
Ketika Allah senantiasa memberikan kenikmatan-kenikmatan duniawi pada seseorang sedangkan keimanannya terus turun itu adalah salah satu ciri dari istidraj. Selain itu, kenikmatan duniawi yang dirasakan oleh seseorang yang beriman dengan yang tidak beriman rasanya akan berbeda.
Seseorang yang beriman akan senantiasa bersyukur dan mendapati ketenangan yang sangat menentramkan dalam hidupnya.
Akan tetapi, hal tersebut tidak akan dirasakan oleh orang yang tidak beriman, mereka hanya akan merasa kurang dan gelisah walaupun tengah menikmati semua kemudahan ssdan kebahagiaan yang Allah berikan.
Baca juga: Begini Silaturahim yang Dibangun di Zaman Rasulullah
Jarang Terkena Musibah Sakit
Sakit adalah hal yang lumrah terjadi pada manusia karena kesehatan dan cuaca terkadang mengalami perubahan yang cukup fluktuatif terlebih dengan aktifitas harian manusia yang padat. Tentu ada masanya sistem imun menurun dan menyebabkan sakit.
Namun untuk orang-orang yang sedang mendapatkan ujian istidraj biasanya jarang jatuh sakit karena hikmah dari sakit salah satunya adalah meringankan kita dari dosa-dosa yang kita lakukan. Imam Syafi’i pernah mengatakan mengenai perkara ini bahwa,
“setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.”
Sebagaimana diceritakan pula bahwa Firaun adalah orang yang tidak pernah merasakan sakit, bahkan bersin pun dia tidak pernah dan itulah yang membawa dia semakin bersombong diri.
Baca juga: Maafkan Saudaramu, Dapatkan Keistimewaan Ini
Hartanya Melimpah Ruah, Tetapi Kikir dan Boros
Harta yang kita miliki tidak hanya milik kita saja akan tetapi juga ada sebagian hak para fakir di dalam harta yang kita miliki tersebut, bisa dalam bentuk sedekah, zakat, dan lainnya. Semakin besar harta yang kita miliki maka semakin besar pula sedekah atau zakat yang harus kita keluarkan dan berikan kepada orang yang membutuhkan.
Namun kebanyakan orang malah merasa bahwa harta yang ia dapatkan adalah miliknya seorang saja sehingga ia merasa terlalu sayang jika hartanya harus dibagi dengan orang lain walaupun dalam bentuk sedekah atau zakat sekalipun.
Maka jika Allah masih bermurah hati menjaga harta untuknya, itu adalah salah satu ciri ujian dalam bentuk istidraj.
Allah subhana hua ta’alla berfirman dalam surat Al-Humazah ayat 1-3 yang artinya, (1 )Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela; (2) yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung; (3) dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya. (QS. Al-Humazah : 1-3).
Bagaimanapun, orang yang pandai adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, sesuai dengan sabda Rasulullah berikut,
“Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah.” (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’). Oleh sebab itu, mari kita berlomba-lomba untuk bermuhasabah dan mengerjakan amalan sholeh. (Din)