“Menggapai Sholat yg Mampu Mencegah Keji & Munkar”
Oleh : Ust. Agung Cahyadi, Lc, MA Kajian ba'da Subuh Masjid An Nur, Taman Suko Asri, Sukodono, Sidoarjo, 15 Sya'ban 1445 H
- Isro’ mi’raj terjadi dalam 1 malam saja setelah kesedihan Rasulullah SAW diuji Allah dengan wafatnya Siti Khotijah RA yg jadi pendukung dakwahnya & pamannya Abu Thalib dalam keadaan kafir.
سُبْحٰنَ الَّذِيْۤ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَـرَا مِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَ قْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَا ۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Al-Isra’ 17: Ayat 1)
- Kabar ini ditolak oleh kafir Quraisy arena tidak masuk akal, diterima oleh para sahabat utamanya Abu Bakar Sidiq RA, tanpa keraguan sedikitpun.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِا للّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَا بُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَ مْوَا لِهِمْ وَاَ نْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”
(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 15)
- Saat Mi’raj Allah perintahkan Sholat, sehingga menjadi satu-satunya perintah ibadah di fase Mekah sebelum Hijrah, dimana 13 tahun fase Mekah dakwah & ayat yg turun terkait iman, akhlaq, bela islam.
- Sholat adalah ibadah terpenting, tertinggi, perintah kewajiban pertama untuk muslim
- Sholat adalah ibadah Pertama yg dihizab Allah, penentu bagi nilai ibadah yg lain.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قاَلَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا )) رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ ، وَقَالَ : (( حَدِيثٌ حَسَنٌ ))
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits tersebut hasan.) [HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.]
- Wasiat terakhir Rasulullah sebelum wafat diantaranya adalah terkait Sholat.
Sebagaimana yang dikatakan oleh sahabat ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ، اتَّقُوا اللَّهَ فِيمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ
“Ucapan terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, “(Kerjakanlah) sholat, (kerjakanlah) sholat. Dan takutlah kalian kepada Allah atas hak-hak hamba sahaya kalian.” (HR. Ahmad no. 585, Abu Daud no. 5156, dan Ibnu Majah no. 2698)
Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
“Abu Bakar pernah mengimami mereka salat di saat sakitnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membawanya pada kewafatannya. Hingga pada suatu hari, pada hari Senin, saat orang-orang sudah berada pada barisan (shaf) salat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap tabir kamar dan memandang ke arah kami sambil berdiri, sementara wajah beliau pucat seperti kertas. Beliau TERSENYUM & TERTAWA. Hampir saja kami terkena fitnah (keluar dari barisan) karena sangat gembiranya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Bakar lalu berkeinginan untuk berbalik masuk ke dalam barisan saf karena menduga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan keluar untuk salat. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi isyarat kepada kami agar, “Teruskanlah SHOLAT kalian.” Setelah itu beliau menutup tabir dan wafat pada hari itu juga.” (HR. Bukhari no. 680 dan Muslim no. 419)
- Sholat adalah Pengikat muslim terakhir, batas terakhir iman & kafir, shg Umar bin Khattab menyeleksi & memotivasi pegawai terkait sholat, termasuk dalam bersurat pada Gubernur.
Dari Abu Umamah Al Bahili, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الإِسْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِى تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضاً الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلاَةُ
“Tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus, manusia bergantung pada tali berikutnya. Yang paling awal terputus adalah hukumnya, dan yang terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad 5: 251)
Dari Zaid bin Tsabit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَوَّلُ مَا يَرْفَعُ مِنَ النَّاسِ الأَمَانَةُ وَ آخِرُ مَا يَبْقَى مِنْ دِيْنِهِمْ الصَّلاَةُ
“Yang pertama kali diangkat dari diri seseorang adalah amanat dan yang terakhir tersisa adalah shalat.” (HR. Al Hakim At Tirmidzi).
- Jika seseorang tidak sholat karena mengingkari kewajiban sholat, maka sepakat para ulama menganggap sebagai kafir, tapi klu karena malas maka tidak sampai kafir, tapi ada perbedaan pendapat antar 4 madzab dalam mensikapinya.
- Sholat adl sholat berat, perintah di Qur’an adalah Aqimush sholat : “menegakkan” sholat, bukan seperti perintah ibadah2 selain sholat yaitu “laksanakan”
وَا سْتَعِيْنُوْا بِا لصَّبْرِ وَا لصَّلٰوةِ ۗ وَاِ نَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَ
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 45)
- Karena Sholat adalah perintah utama yg terpenting, maka harus Istimror/Istiqomah/kontinyu dalam segi :
A. Kuantitas/jumlah & Kualitas.
Sholat itu berat & dipastikan kita sulit untuk khusyu’, maka perbaiki dgn perbanyak sholat Sunnah (kuantitas) spt hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ، فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ، قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
“Hal pertama yang akan dihisab di hari kiamat dari amal seorang hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka sungguh dia beruntung dan selamat. Jika shalatnya buruk, maka sungguh dia celaka dan rugi. Jika ada kekurangan pada shalat wajibnya, Allah Ta’ala berfirman, “Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah sunnah (termasuk sholat Sunnah) yg bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?” Demikianlah yang berlaku pada seluruh amal wajibnya.” (HR. Tirmidzi no. 413, An-Nasa’i no. 466, shahih)
Bahkan sekelas Nabi Muhammad pernah Qodho/mengganti atas sholat rawatib Qobla dhuhur yg tertinggal.
Sedang dalam hal Kualitas maka berusaha menyesuaikan seperti sholat yg dilakukan Nabi yg dijabarkan oleh para ulama termasuk 4 Madzab.
عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي»، رَوَاهُ البُخَارِيُّ.
Dari Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalatlah kalian (dengan cara) sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 628 dan Ahmad, 34:157-158]
Kontinyu bab kualitas juga berusaha jama’ah diawal waktu, tdk menunda atau menyia-nyiakannya.
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا
“Sesungguhnya shalat memiliki waktu yang telah ditetapkan bagi orang beriman.” (QS. An Nisaa’: 103)
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ
“Dan datanglah orang-orang setelah mereka yang menyia-nyiakan shalat.” (QS. Maryam: 59)
عَنْ أُمِّ فَرْوَةَ قَالَتْ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ « الصَّلاَةُ فِى أَوَّلِ وَقْتِهَا »
Dari Ummu Farwah, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, amalan apakah yang paling afdhol. Beliau pun menjawab, “Shalat di awal waktunya.” (HR. Abu Daud no. 426)
Hadits awal waktu Ridhlo/cinta Allah, akhir waktu afwu/ampunan Allah klu memang tdk disengaja.
Sebagaimana dinukilkan dari kitab at-Targhib wat at-Tarhib karya Al-Mundziri, Rasulullah SAW bersabda:
قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوَّلُ الْوَقْتِ رِضْوَانُ اللَّهِ وَوَسَطُ الْوَقْتِ رَحْمَةُ اللَّهِ وَاَخِرُالْوَقْتِ عَفْوُاللَّهِ عَزَّوَجَلَّ.
Rasulullah ﷺ bersabda, “(Sholat) awal waktu itu diridhoi Allah (Ridhwanullah), dan (sholat) tengah-tengah waktu itu dirahmati Allah SWT, dan (sholat) di akhir waktu itu diampuni Allah SWT (Afwullah).” (HR Tirmidzi, Imam Daruqutni)
B. Jaga adab Sholat (sempurna syarat, wajib, & rukun), termasuk sempurnanya wudhu & Thuma’ninah dalam sholat.
Dari Rifa’ah bin Raafi’, ia berkata, artinya “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk-duduk di masjid, maka ada seseorang yang masuk dan mengerjakan shalat dua rakaat, kemudian ia datang dan mengucapkan salam pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerhatikan terus shalatnya, kemudian beliau menjawab salam.
Lantas beliau berkata, “Ulangilah shalatmu karena sesungguhnya engkau belum shalat.” Lantas ia kembali kemudian mengulangi shalat, kemudian ia datang dan mengucapkan salam kembali kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab salamnya, kemudian beliau bersabda, “Ulangilah shalatmu karena sesungguhnya engkau belum shalat.” Sampai seperti itu terulang hingga ketiga atau keempat kalinya.
Orang yang jelek shalatnya pun mengatakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Demi yang menurunkan kitab kepadamu, aku sudah sungguh-sungguh dan semangat dalam menjalankan shalat, engkau sudah melihatku, maka sudahlah ajarilah aku.” Beliau pun bersabda, “Jika engkau ingin menjalankan shalat, berwudhulah dan perbagus wudhumu, lalu hadaplah kiblat, kemudian bertakbirlah, lalu bacalah surah. Kemudian rukuklah sampai thumakninah ketika rukuk. Kemudian bangkitlah dari rukuk sampai lurus berdiri. Kemudian sujudlah sampai thumakninah ketika sujud. Kemudian bangkitlah dari sujud sampai thumakninah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali sampai thumakninah ketika sujud, lalu bangkitlah. Jika engkau telah menyempurnakan shalatmu seperti ini, maka sudah sempurna shalatmu. Apa saja yang engkau kurang dari ini, maka berarti telah kurang dalam shalatmu.” (HR. An-Nasai, no. 1052.
C. Menjaga kekhusyu’an/konsentrasi agar beruntung/bahagia.
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,”
الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَا تِهِمْ خَا شِعُوْنَ
“(yaitu) orang yang khusyuk dalam sholatnya,” (QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 1-2)
Jika Baca Al Fatihah dalam Sholat konsentrasi memaknai secara khusyu’ karena sebagai satu-satunya Qur’an yg bacaan wajib dibaca sbg syarat sahnya sholat & pentingnya isinya berisi doa yg pasti terkabul sebagaimana hadits Qudsi sbb :
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang shalat lalu tidak membaca Ummul Qur’an (yaitu Al Fatihah), maka shalatnya kurang (tidak sah) -beliau mengulanginya tiga kali-, maksudnya tidak sempurna.” Maka dikatakan pada Abu Hurairah bahwa kami shalat di belakang imam. Abu Hurairah berkata, “Bacalah Al Fatihah untuk diri kalian sendiri karena aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat (maksudnya: Al Fatihah) menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.
Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil ‘alamin (segala puji hanya milik Allah)’, Allah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘ar rahmanir rahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)’, Allah Ta’ala berfirman : Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘maaliki yaumiddiin (Yang Menguasai hari pembalasan)’, Allah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)’, Allah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia mengucapkan ‘ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’ (tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.” (HR. Muslim no. 395).
Jika konsentrasi buyar saat sholat karena godaan Setan yg namanya Khanzab, maka disunnahkan baca ta'awwudz dan menghembus tiupan ludah 3x ke samping kiri.
Utsman bin Abil ‘Ash Radhiyallahu anhu ketika datang kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Wahai Rasûlullâh! Sungguh, syaitan telah menghalangi antara aku dengan shalatku dan bacaanku. Ia membuatnya rancu bagiku?” Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itu adalah syaitan, yang disebut dengan Khanzab. Bila engkau merasakannya, maka mohonlah perlindungan kepada Allâh darinya. Dan tiupkanlah dengan sedikit hembusan ludah ke arah kirimu tiga kali.” Lalu aku (Utsman bin Abil ‘Ash) pun melakukannya, dan Allâh menghilangkan gangguan syaitan itu dariku. [HR. Muslim]
D. Mampu mencegah perbuatan Keji & Munkar.
اُتْلُ مَاۤ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَ قِمِ الصَّلٰوةَ ۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَا لْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗ وَا للّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
“Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-‘Ankabut 29: Ayat 45)
Ibadah Sholat yg khusyu’ akan mampu menghasilkan sholat yg bisa mencegah perbuatan yg keji & Munkar, menghasilkan Akhlaq yg baik yaitu :
- Saling menghormati, menghargai, mengapresiasi sesamanya, termasuk suami istri
Dikisahkan Rasulullah seringkali menyempatkan datang ke semua istri-istrinya, kemudian jika tdk ada makanan berpuasa, & jika dalam waktu yg sama ke istri lain & disuguhi makanan, maka dibatalkannya utk menjaga perasaan mereka semua.
- Rasa Peduli & empati terhadap sesama. Banyak sekali dalil Naqli dari Qur’an & Hadits terkait hal ini, (Diantaranya kisah hadits Sahih tentang kepedulian wanita tuna susila terhadap seekor anjing yg kehausan yg akhirnya mendapatkan Hidayah, Ampunan, & Ahli Jannah, juga kisah wanita ahli Ibadah yg jadi ahli Neraka karena lisannya yg sering menyakiti orang lain, 2 kisah yg bisa diambil ibrohnya oleh kita)
- Menutup kekurangan orang lain dengan kebaikannya & bisa saling memaafkan. Semua orang pasti punya kelemahan keburukan & kekuatan kebaikan, maka maafkanlah kekurangannya & apresiasi serta tutuplah dengan kebaikannya.
- Lemah lembut dalam berinteraksi dengan sesamanya.
Bahkan Nabi Musa & Harun disuruh lemah lembut dalam berdakwah kepada Fir’aun yg kemaksiatannya level puncak yaitu mengaku sebagai Tuhan.
اِذْهَبَاۤ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّهٗ طَغٰى
فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (QS. Thaha 20: Ayat 43-44)
Wallahu a'lam bish-shawab