Di zaman seperti ini, ketinggalan informasi seperti hal yang mustahil. Namun, informasi yang disebarkan di luar sana belum tentu sesuai dengan realita. Karenanya, Islam ajarkan Tabayyun agar infomasi yang didapat tak ditelan begitu saja.
Arus informasi memang tak dapat begitu saja dibendung. Apalagi di zaman dimana teknologi berkembang begitu cepat dan hebatnya. Informasi dengan mudah tiap detik, menit, jam menyambangi gadget yang kita miliki. Hanya saja, tak semua informasi tersebut tersaring dengan baik. Bisa saja informasi-informasi tersebut berisi hoax. Melihat dari hal tersebut, Islam telah mengajarkan ber-tabayyun untuk meneliti lebih lanjut informasi yang diterima.
Tabayyun menurut istilah Syara’ adalah ketidakhati-hatian terhadap informasi yang beredar terkait dengan kaum muslimin tanpa disadari pemahaman yang mendalam. Dari aspek bahasa, tabayyun mendekati tiga pengertian umum yaitu, mencari kejelasan suatu masalah hingga mengetahui kondisi yang sebenarnya, mempertegas hakikat sesuatu, dan berhati-hati terhadap sesuatu dan tidak tergesa-gesa.
Baca juga: Memahami Taqlid dalam Islam
Anjuran Bertabayyun dalam Al-Qur’an
Menilik dari artian tersebut, jika menelan informasi tanpa menelitinya dahulu tentu akan ada akibat di kemudian hari. Kewajiban untuk ber-tabayyun ini ada pada Al Quran surat Al Hujurat:6 yang berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman, jika ada seorang fasik datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting maka telitilah dahulu, agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.”
Mengetahui penggalan ayat tersebut, sudah sepatutnya ber-tabayyun menjadi kebiasaan dalam menerima informasi. Jika tidak, akibat yang terjadi dari ketidak telitian terhadap informasi tentunya dapat membuat prasangka. Karena, prasangka ini dapat menjadi ghibah yang tentunya sangat dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Seperti dalam kitabullah surat Al Hujurat:12 berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah berprasangka, karena sesungguhnya berprasangka adalah dosa, dan jangan pula kalian memata-matai dan saling bergunjing. Apakah di antara kalian suka memakan daging bangkai saudaranya sendiri ? Sudah tentu kalian akan jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.”
Baca Juga: Muslim, Jangan Gemar Mengeluh
Adapun selain dapat membuat prasangka di tengah-tengah khalayak, juga dapat menimbulkan fitnah. Demikian juga Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata, “Penyebab orang itu memfitnah adakalanya karena ingin berbuat jelek kepada orang yang di fitnah atau ingin menampakkan kesenangan kepada yang diberi kabar atau untuk mendengarkan cerita atau obrolan perkara yang bathil. Ini semua adalah haram, maka haram bagi kita membenarkan orang yang membawa berita untuk memfitnah dengan cara apapun, karena pemfitnah adalah orang fasik yang wajib ditolak kesaksiannya.”
Dengan akibat-akibat yang ditimbulkan jika tidak ber-tabayyun tersebut harusnya bisa membuat kaum muslimin lebih berhati-hati terhadap informasi yang diterima. Di era yang seperti ini hoax telah merajalela menguasai informasi. Tugas sebagai seorang muslim sudah sangatlah jelas, yakni dengan tabayyun terlebih dahulu agar lebih bijak menghadapi berbagai macam informasi. (ipw)