Islam adalah agama yang mengajarkan akhlak yang luhur dan mulia. Oleh karena itu, banyak dalil al Quran dan as Sunnah yang memerintahkan kita untuk memiliki akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang tercela. Demikian pula banyak dalil yang menunjukkan pujian bagi pemilik akhlak baik dan celaan bagi pemilik akhlak yang buruk. Salah satu akhlak buruk yang harus dihindari oleh setiap muslim adalah sikap Kibr.
Apa itu Kibr? Sombong atau congkak, merendahkan orang lain, membanggakan diri. Sombong adalah suatu sifat terlarang dalam agama kita. satu-satunya yang diperbolehkan sombong dalam hidup ini hanya Allah. Karena Allah yang mengendalikan kita, menciptakan kita, memberi rizki kita, menghidupkan dan mematikan kita. Karena itu salah satu sifat Allah ialah “yaa mutakabbir”. Allah harus sombong memang, biar tidak ada yang menyaingi Allah Subhanahu Wata’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)
Pembahasan sombong disini menghina orang lain bahkan meremehkannya atau kalau bahasa Nabi yaitu orang yang menolak kebenaran dan meremehkan orang lain selain itu orang yang sombong adalah orang yang merasa paling pintar, paling cerdas, paling kaya, paling-paling itu semua. Sombong ini adalah maksiat pertama kali yang ada di muka bumi.
Sebelumnya kita perlu memahami bahwa sombong itu tidak satu tingkatan, namun sombong itu bertingkat. Dan secara umum, tingkatan sombong bisa kita bagi menjadi dua,
- Sombong yang bertentangan dengan iman secara keseluruhan. Itulah sombong yang menghalangi orang untuk menerima kebenaran islam. Kesombongan ini yang membuat mereka sama sekali tidak diizinkan masuk surga. Seperti kesombongan orang kafir, yang menyebabkan mereka tidak mau beribadah kepada Allah.
Allah berfirman, “Sesungguhnya orang yang sombong sehingga tidak mau beribadah kepadaku, mereka akan masuk jahanam dengan kondisi terhina.”(QS. Ghafir: 60) - Sombong yang kedua ialah sombong terhadap ciptaan Orang bisa sombong karena hartanya, orang bisa sombong karena jabatannya, orang bisa sombong karena ras dan sukunya, orang juga bisa sombong karena performanya juga, tampilannya. Hal ini dinamakan sombong antar manusia. Dan itu dilarang oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukuplah seseorang dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim” (H.R. Muslim 2564). (Bahjatu Qulubill Abrar, hal 195)
Padahal kalau kita renungkan, siapa yang memberikan harta, kecerdasan, pangkat, kesehatan, bentuk tubuh yang indah? Semua murni hanyalah nikmat dari Allah Ta’ala. Jika Allah berkehendak, sangat mudah bagi Allah untuk mencabut kelebihan-kelebihan tersebut. Pada hakekatnya manusia tidak memiliki apa-apa, lantas mengapa dia harus sombong terhadap orang lain? Wallahul musta’an.
Baca juga: Pintu Langit Ditutup Bagi Orang yang Sombong
Mengganti Sikap Sombong dengan Tawadhu’
Sebagai muslim yang baik, alangkah baiknya jika sikap sombong itu kita kembalikan lagi kepada sang Maha Pencipta. Karena bagaimanapun hanya Allah sajalah yang berhak memiliki selendang kesombongan. Maka sudah sepatutnya kita sebagai hambaNya kita harus bersikap sikap tawadhu’ (rendah hati). Sikap inilah yang merupakan sikap terpuji, yang merupakan salah satu sifat ‘ibaadur Rahman yang Allah terangkan dalam firman-Nya,
“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati (tawadhu’) dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al Furqaan: 63)
Diriwayatkan dari Iyadh bin Himar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
‘‘Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati hingga tidak seorang pun yang bangga atas yang lain dan tidak ada yang berbuat aniaya terhadap yang lain” (HR Muslim no. 2865).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaan untuknya. Dan tidak ada orang yang tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim no. 2588)