Tidak diragukan lagi bahwa mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an merupakan perbuatan yang paling mulia danurgendalam Islam. Hal ini tak lepas dari fungsi Al Qur’an yang menjadi petunjuk serta jalan keselamatanbagi setiap pemeluknya. Maka tak heran jika mempelajari dan mengajarkannya dinilai sebagai sebaik-sebaik amalan di sisi Allah. Nash-nash syar’i baik dari Al Qur’an, hadits atau perkataan para ulama yang menegaskan akan hal itu tidak sedikit. Salah satunya hadits Rasulullah, “Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an danmengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Selain itu,urgensi belajar dan mengajarkan al qur’an juga terletak pada berbagai dampak positif yang muncul darinya. Dampak-dampak positif yang ada tidak hanya terbatas bagi individu saja, namun juga bagi masyarakat luas. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Sya’ban Ramadhan Mahmud dalam bukunyaMinal Atsar al-Imaniyah li Ta’lim wa Ta’alum Al-Qur’an al-Karim ‘ala al-Fardi wa al-Mujtama’. Adapun dampak-dampak positif bagi individu secara garis besar ada lima, yaitu;
Pertama, Ketenangan hati dan jiwa. Ini disebabkan karena Allah menjadikan Al Qur’an sebagai Syifaan (Obat penyembuh) segala macam penyakit hati. Contohnya, syubhat-syubhat, keraguan dan berbagai penyakit lain yang menodai hati. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Katsir ketika menafsirkan QS. Yunus ayat 57 yang berbunyi, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Ibnu Katsir 1999: 4/274)
Baca juga: Ibnu Mas’ud Penghapal dan Pengajar Alquran
Kedua, meraih keistiqamahan. Hal ini karena hati dan pikirannya senantiasa disibukkan dengan al quran, sehingga ia mampu menundukkan hawa nafsunya untuk taat kepada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ketundukan tersebut terimplementasikan melalui keselarasan hati, pikiran dan anggota badan dengan aturan-aturan Islam yang ada. Selain itu, istiqamah pula lah yang nantinya melahirkan rasa takut dan senantiasa diawasi oleh Allah..
Ketiga, kesadaran akan kelemahan dan keterbatasan diri.Kesadaran semacam ini diraih dengan mentadabburi ayat-ayat yang berbicara akan kekurangan-kekurangan pada diri manusia. Seperti sifat-sifat negatif berupa senantiasa berkeluh kesah, sulit menerima keputusan-Nya jika tidak sesuai dengan kehendak pribadi, diciptakan dari air yang hina dan lain sebagainya. Maka melalui kesadaran tersebut, diharapkan nantinya akan melahirkan rasa selalu butuh akan pertolongan Allah. Selain itu, ia juga sadar untuk tidak pantas sombong karena hanya Allah Dzat Yang Maha Sempurna.
Keempat, lembut dan lapangnya hati dalam menerima kebenaran. Bukti nyata akan hal ini diabadikan oleh tinta emas sejarah Islam awal kemunculannya. Salah satunya kisah sahabat mulia duta Islam pertama Mush’ab bin Umair. Sahabat yang terkenal tampan, serba berkecukupan serta dari keturunan mulia ini berdakwah ke negeri Yatsrib dengan mengajarkan Al Qur’an. Melalui dakwahnya, ia mampu mengislamkan dua pemimpinkaum Auz dan Khazraj, Saad bin Muadz dan Usaid bin Khudair. Dan dengan masuknya dua tokoh ini ke dalam barisan kaum muslimin, akhirnya dakwah Islam lebih mudah diterima oleh mayoritas penduduk Yatsrib.
Kelima, mendapatkan berbagai macam kebaikan dan keutamaan di akhirat. Kebaikan dan keutamaan tersebut dapat berupa derajat yang tinggi di sisi Allah, sebagai lentera dan penerang di alam kubur, mendapatkan syafaat-nya(pertolongan). Sebagaimana yang ditegaskan oleh baginda Rasul melalui haditsnya, Bacalah Al-Qur`an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat (pertolongan) bagi pembacanya”(HR. Muslim). Dan membaca Al Qur’an termasuk dalam kategori mempelajarinya.
Sedangkan dampak-dampak positif dari belajar dan mengajarkan al Quran bagi masyarakat tidak jauh berbeda dengan apa yang diraih oleh individu. Hal ini karena masyarakat pada hakikatnya merupakan kumpulan dari individu-individu. Sehingga dapat dipastikan jika individu-individu suatu masyarakat itu baik, maka akan baik pula lah masyarakat tersebut.
Baca juga: Hukum Mengeraskan Suara Saat Membaca Al-Qur’an
Namun, masih menurut Dr. Sya’ban Ramadhan Mahmud,ada satu dampak positif terpenting dari belajar dan mengajarkan Al Quran bagi masyarakat. Dampak tersebut yaitu terciptanya kehidupan bermasyarakat yang Islami. Wujud dan implementasinya dapat dilihat kepada tiga hal berikut;
Pertama, kuatnya persaudaran dan persatuan di antara masyarakat. Hal ini karena melalui individu-individu yang baiklah lahir masyarakat yang senantiasa menghindari segala tindakan yang menjurus kepada perpecahan dan permusuhan.
Kedua, terciptanya muamalah yang sesuai koridor syariat khususnya dalam jual beli. Hal ini terlihat dari muamalah mereka yang mencerminkan nilai-nilai islami. Seperti bersih dari penipuan, mengurangi timbangan dan hal-hal yang merupakan pelanggaran terhadaphak konsumen. Dan mualamah semacam ini hanya akan terwujud melalui individu-individu yang sadar dan paham akan hukum-hukum yang berkenaan dengan muamalah.
Ketiga, suasana damai dan tentram. Wujud dari dua hal ini dapat berupa tingginya rasa saling menghormati dan mencintai sesama individu masyarakat, saling bahu-membahu mengatasi beban dan menyelesaikan permasalahan pribadi dan umum dan suasana-suasana positif lainnya. Semua ini hanya akan terwujud melalui masyarakat yang mengerti dan mengamalkan hak dan kewajiban hidup bermasyarakat.
Demikianlah penjelasan ringkas seputar urgensi belajar dan mengajarkan Al Qur’an, semoga bermanfaat. Wallahu A’lam bi as-Showab.{}