Tak sekadar memudahkan pencarian informasi, media sosial dan internet saat ini juga menjadi wahana yang tepat dan efektif untuk berdakwah. Hal ini karena jejaring sosial ini digunakan oleh masyarakat dari berbagai kalangan usia dan profesi di seluruh dunia. Dakwah pun bisa dilakukan di manapun dan kapan pun.
Pesatnya akselerasi teknologi, membawa teknologi komunikasi dan informasi kedalam paradigma baru. Kemajuan teknologi menawarkan sumber informasi komunikasi yang dapat di akses tanpa mengenal waktu dan tempat. Internet seperangkat dengan media sosial di dalamnya misalnya, keduanya mampu mendistribusikan pesan dengan luas dan dengan mudah menyebarkan informasi kepada banyak orang. Dewasa ini,internet dan juga media sosial telah menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tidak dapat diabaikan.
Hal tersebut tentu membuat perubahan yang signifikan terhadap dalam dunia komunikasi dakwah. Yang dulunya terbatas oleh ruang dan waktu, kini dakwah bisa dilakukan dengan lebih mudah dan efektif. Melalui media sosial dan internet, dakwah bisa tersampaikan dengan baik dibandingkan dengan dakwah melalui acara-acara keislaman. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat, dalam hal ini para pemilik akun media sosial, berada dalam situasi ‘tidak dipaksa’. Maksudnya, mereka membaca kultweet atau dakwah tersebut ketika mereka memang ingin membacanya, begitu juga sebaliknya.
“Sampaikanlah dariku, walau hanya satu ayat!“, demikian kalimat tegas yang keluar dari lisan Rasullah Sallallahi ‘alaihi wa sallam yang mulia. Seuntai kalimat yang sangat terkenal di tengah kalangan umatnya, menunjukkan betapa pentingnya urgensi dakwah Islamiyyah dan acapkali menjadi motivasi utama para da’i untuk tidak segan dan takut dalam menyampaikan ayat-ayat langit kepada setiap makhluk bumi, walaupun itu hanya satu ayat. Kalimat itu pun terus bergulir sepanjang zaman, menjadi ruh semangat para da’i dalam tataran praktisnya di lapangan. Berbagai macam cara ditampilkan. Dari zaman ke zaman. Memiliki ushlub atau metodenya sendiri.
Baca juga: Tiga Tugas Manusia di Muka Bumi
Dakwah Era Rasulullah
Menelisik kembali sejarah dakwah Islamiyah yang telah terjadi sepanjang sejarah peradaban umat manusia secara garis besar, maka kita dapati fenomena perubahan yang cukup menarik. Di era kenabian, bermula dari turunnya titah dakwah pertama kepada Nabi Nuh As untuk umatnya hingga masa kenabian Rasulullah Saw, dakwah secara aktif disampaikan bi-al-lisan atau dengan metode perkataan atau ucapan.
Penyampaian informasi dari pemberi dan penerima dilakukan dengan teknologi yang hadir di zaman itu, yaitu bahasa. Bahasa menjadi sebuah teknologi yang memungkinkan bagi para nabi untuk memberikan pemahaman Islam kepada umatnya. Seiring dengan berkembangnya teknologi bahasa, muncul beragam teknologi pelengkap untuk menyampaikan sebuah informasi utuh dalam bentuk gambar, huruf alfabet ataupun angka-angka arabik.
Hingga sampai masanya, dakwah dengan teknologi bahasa mulai beralih kepada teknologi tulisan. Selepas wafatnya Rasulullah Shalallahi alaihi wasallam di tahun 632 M, tepatnya pada masa kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan, bersama para Sahabat kala itu mulai menaruh perhatian yang serius pada dakwah bi-al-qalam atau dakwah dengan tulisan.
Penyampaian pesan-pesan Islam yang bersumber dari kitab suci Alquran, dirasa tidak efektif lagi jika hanya sekedar mengandalkan lisan, bahkan sudah sampai tahap sangat menghawatirkan karena adanya reduksi hingga bias informasi yang diterima seiring dengan semakin luas dan beragamnya mad’u atau objek dakwah yang menerima dakwah Islam masa itu.(ipw)