Niat ingin bertamu untuk menjaga silaturrahim terhadap saudara memang merupakan suatu kebaikan. Namun sayangnya niat baik ini bisa luntur pahalanya jika kita tidak mengindahkan adab-adab bertamu. Apa sajakah adab-adab bertamu ini? Simak ulasan berikut.
Memilih Waktu yang Tepat
Seringkali kita bertamu tanpa memerhatikan hal ini. Padahal, pemilik rumah juga memiliki waktu istirahat yang harus kita pahami. Dalam surah an-Nur ayat 58 merangkan bahwa bertamu hendaknya tidak dilakukan pada 3 waktu, yakni sebelum shalat Subuh, waktu tidur siang dan setelah shalat Isya. Pada waktu-waktu tersebut umumnya pemilik rumah tidak siap menerima tamu dan merupakan waktu istirahat mereka.
Mengucap Salam
Selain menebarkan doa dan kebaikan, mengucap salam ketika bertamu juga merupakan sebuah kesopansantunan. Kildah ibn al-Hambal radhiallahu’anhu berkata,
“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku masuk ke rumahnya tanpa mengucap salam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Keluar dan ulangi lagi dengan mengucapkan ‘assalamu’alaikum’, boleh aku masuk?’” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Baca juga: Beginilah Dahsyatnya Kekuatan Istighfar
Tidak Mengintip
Tanpa disadari, kita seringkali mengintip ke dalam rumah ketika pemilik rumah tak kunjung menjawab. namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencela perbuatan ini dan memberi ancaman kepada para pengintip, sebagaimana dalam sabdanya,
“Andaikan ada orang melihatmu di rumah tanpa izin, engkau melemparnya dengan batu kecil lalu kamu cungkil matanya, maka tidak ada dosa bagimu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan)
Ketukan Yang Tidak Mengganggu
Mengetuk dengan sopan dan tidak mengganggu pemilik rumah merupakan salah satu hal yang wajib diperhatikan. Sering kali ketukan yang diberikan seorang tamu berlebihan sehingga mengganggu pemilik rumah.
Maka, hendaknya ketukan itu adalah ketukan yang sekedarnya dan bukan ketukan yang mengganggu seperti ketukan keras yang mungkin mengagetkan atau sengaja ditujukan untuk membangunkan pemilik rumah. Sebagaimana diceritakan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu,
“Kami di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetuk pintu dengan kuku-kuku.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod bab Mengetuk Pintu)
Menjawab dengan Jelas Jika Pemilik Rumah Bertanya “Siapa?”
Kita sebagai tamu dilarang menjawab “Saya”, “Aku”, ataupun kata-kata lain yang tidak menjelaskan nama terang kita sebagai tamu. Hal ini telah dijelaskan sebagaimana yang terdapat dalam riwayat dari Jabir radhiallahu’anhu, dia berkata,
“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku mengetuk pintu, lalu beliau bertanya, ‘Siapa?’ Maka Aku menjawab, ‘Saya.’ Lalu beliau bertanya, ‘Saya, saya?’ Sepertinya beliau tidak suka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca juga: Begini Hukum Menggunakan Lensa Mata dalam Islam
Pulang Jika Diminta Pulang
Sebagai tamu, kita tidak perlu tersinggung ketika tuan rumah tidak berkenan menerima kunjungan. Karena hal ini termasuk adab yang penuh hikmah dalam syari’at Islam. Sebaliknya, pengunjung atau tamu harus siap untuk pulang dengan lapang dada. Ia harus menyadari bahwa manusia memiliki banyak udzur, keperluan, dan kepentingan.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya,
“Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih suci bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nuur: 28).
Sebagai bentuk etika dan pengertian, kita harus menunda kunjungan atau dengan kata lain pulang kembali ketika setelah tiga kali salam tidak di jawab atau pemilik rumah menyuruh kita untuk pulang kembali.
Sebagaimana Allah mewajibkan pemilik rumah untuk menerima tamu secara baik dan berdasarkan tuntunan Islam, maka sebagai tamu, kita juga diwajibkan membawa etika dan sopan santun untuk menghormati shohibul bait (tuan rumah).(Din)