Memaafkan kesalahan orang lain sering dianggap sebagai sikap lemah dan bentuk kehinaan, padahal justru sebaliknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut orang yang pemaaf sebagai orang yang kuat yang lebih kuat dari pegulat. Memaafkan bisa mengakibatkan pembelaan Allah kepada hamba-Nya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda, ”Orang yang hebat bukanlah orang yang menang dalam pergulatan. Sesungguhnya orang yang hebat adalah orang yang (mampu) mengendalikan nafsunya ketika marah. memaafkan dan mengampuni juga merupakan perbuatan yang diperintahkan Sang Khalik kepada umatnya.”
Terkait dengan menahan marah, Rasulullah pernah memberi iming-iming surga. “Janganlah kamu marah, maka bagimu surga,” sabda Rasullullah SAW dalam Hadist Riwayat ath-Thabrani.
Sejarah telah mencatat sifat pemaaf yang dimiliki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kaum kafir Quraisy. Rasulullah berkali-kali mengalami penyiksaan, pengkhianatan, percobaan pembunuhan, dan serangkaian rangkaian rencana buruk dari kaum kafir. Walau demikian, tidak sedikitpun dendam di hati Rasulullah, Manusia berakhlak mulia itu justru memaafkan semua kesalahan yang dilakukan orang lain kepadanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga memilih memaafkan dari pada menerima tawaran malaikat untuk menimpakan dua gunung besar untuk penduduk Thaif yang mengusir, dan melempari manusia mulia itu. Bukankah Rasulullah SAW adalah teladan terbaik untuk kita?
Dalam surat al-A’raaf ayat 199, Allah ta’ala berfirman, ”Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” Pada surat al-Hijr ayat 85, Allah subhanahuwata’ala kembali berfirman, ”Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.”
Mengapa kita harus mempunyai sifat pemaaf? Dilansir dari laman asysyariah.com, berikut ini merupakan keutamaan memaafkan.
Baca juga: Inilah Amalan yang Bisa Dilakukan Wanita Haid
Mendapatkan Pembelaan Allah
Al-Imam Muslim meriwayatkan hadits Abu Hurairah bahwa ada seorang laki-laki berkata: ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku punya kerabat. Aku berusaha menyambungnya namun mereka memutuskan hubungan denganku. Aku berbuat kebaikan kepada mereka namun mereka berbuat jelek. Aku bersabar dari mereka namun mereka berbuat kebodohan terhadapku.” Maka Rasulullah SAW bersabda, “Jika benar yang kamu ucapkan maka seolah-olah kamu menebarkan abu panas kepada mereka. Dan kamu senantiasa mendapat penolong dari Allah atas mereka selama kamu di atas hal itu.” (HR. Muslim)
Mendapat Ampunan dan Kecintaan Allah
Keutamaan yang satu ini telah Allah firmankan di dalam Al-Qur’an. Allah subhanahuwata’ala berfirman, “Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (At-Taghabun: 14).
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah subhanahuwata’ala mencintai orang yang memaafkan, karena memberi maaf termasuk berbuat baik kepada manusia. Sedangkan Allah subhanahuwata’ala cinta kepada orang yang berbuat baik, sebagaimana firman-Nya,
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali ‘Imran: 134)
Baca juga: Begini Silaturahim yang Dibangun di Zaman Rasulullah
Mulia di Sisi Allah dan Manusia
Suatu hal yang telah diketahui bahwa orang yang memaafkan kesalahan orang lain, disamping tinggi kedudukannya di sisi Allah subhanahuwata’ala, ia juga mulia di mata manusia. Demikian pula ia akan mendapat pembelaan dari orang lain atas lawannya, dan tidak sedikit musuhnya berubah menjadi kawan. Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda, “Shadaqah –hakikatnya– tidaklah mengurangi harta, dan tidaklah Allah subhanahuwata’ala menambah seorang hamba karena memaafkan kecuali kemuliaan, dan tiada seorang yang rendah hati (tawadhu’) karena Allah subhanahuwata’ala, melainkan diangkat oleh Allah.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Begitu indah kemuliaan yang ditawarkan dari perilaku memaafkan. Karena pada hakikatnya, sebuah kebaikan tak akan mendatangkan kebaikan. Justru mendatangkan beribu keutamaan bagi mereka yang ikhlas memaafkan.(ipw)