Membaca Al Qur’an adalah langkah awal untuk kita membuat budaya mencintai Al Qur’an. Membacanya adalah wajib, baik bagi mereka yang mengerti maupun tidak mengerti maknanya. Di dalam membaca Al Qur’an dibutuhkan pemahaman tajwid yang benar serta tepat pelafalan panjang pendeknya huruf. menyikapi hal ini, Ustadzah Evie S. Zubaedi, Ustadzah yang juga menjadi seorang aktivis makanan halal ini mengatakan, “Sehingga bagi mereka yang masih belum benar pelafalan tajwidnya, maka belajarlah kembali membaca dengan tajwid.
Dengan pelafalan tajwid yang benar, maka kita turut menjaga makna yang terkandung dalam Al Qur’an itu sendiri,” jelasnya. Karena, jika lafal tidak benar saat membacanya, hal tersebut dapat membiaskan makna Al Qur’an. Dan ketika kita membacanya dengan benar, indah, tentu akan sangat memungkinkan hal tersebut masuk ke dalam hati kita sehingga memunculkan ghirah untuk tetap membaca Al Qur’an.
Sebagaimana dalam Al Qur’an Surah Fatir ayat 29-30 bahwa, “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al Qur’an) dan melaksanakan salat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi. Agar Allah menyempurnakan pahala kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.”
Baca juga: Bolehkah Imam Shalat Membaca Al Qur’an dengan Cepat?
Selanjutnya, ketika kita telah terbiasa membaca Al Qur’an dengan tajwid yang benar. Membacanya di masjid, taman, di tempat kendaraan umum, maupun tempat lainnya maka langkah selanjutnya menjadikan Al Qur’an sebagai lifestyle (gaya hidup) adalah menghafalkannya. Ayat-ayat dalam Al Qur’an merupakan ayat-ayat yang kita pakai dalam melaksanakan shalat. Otomatis, ketika kita banyak menghafalkan ayat-Nya, maka koleksi dzikir kita kepada Allah akan bertambah. Karena sebaik-baiknya dzikir itu ada dalam shalat. Maka, mulailah untuk mengazzamkan diri untuk berupaya menghafalkan Al Qur’an.
Karena di dalam Al Qur’an terdapat pintu-pintu kebaikan. Seperti yang tercantum dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi bahwa, “Orang yang membaca Al Qur’an maka untuknya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipat gandakan dengan sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan ‘alif laam miim’ satu huruf, akan tetapi alif adalah satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.”
Tahapan ketiga dalam membudayakan Al Qur’an sebagai lifestyle adalah dengan memahami kandungan yang ada di dalamnya. Al Qur’an bukan hanya untuk dibaca dan dihafalkan, namun Al Qur’an juga harus dimengerti maknanya, lalu mengaplikasikannya. Memahami kandungan Al Qur’an bisa kita ketahui dari buku tafsir karya ulama salaf. Seperti buku tafsir karangan Ibnu Katsir, di Indonesia sendiri kita bisa membaca karangan Buya Hamka maupun dari Departemen Agama RI.