
MATOR SAKALANGKONG
(Sepotong Cerita Mualaf Introver)
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad)
Saat bersyahadat awal tahun 2021 di Malang, aku dalam kondisi tidak memiliki pekerjaan. Alhamdulillah, akhir Mei 2021, aku mendapatkan pekerjaan, sebagai amil Lembaga Amil Zakat (LAZ) Dompet Al-Qur’an Indonesia (DQ), yang berkantor di Sidoarjo, Jawa Timur.
Satu momen spesial yang tidak bisa aku lupakan adalah saat mendapatkan kepercayaan mendampingi manajer Departemen Pendayagunaan berangkat ke pelosok pulau Madura untuk menyalurkan mushaf Al-Qur’an dari para donatur selama dua hari.
Gimana rasanya ketika baru satu tahun menjadi bagian dari lembaga amil zakat, dengan amanah sebagai amil back office alias pendukung yang kerjaannya hampir sepanjang hari di meja menghadap layar komputer, bukan amil di bagian penyaluran, namun mendapatkan kepercayaan spesial itu?
Durasi
Titik penyaluran di hari pertama adalah di pelosok Kabupaten Sumenep. Perjalanan menuju titik penyaluran saja sudah lumayan menyita waktu. Kami berangkat jam enam pagi dari Sidoarjo dan sampai ke lokasi tempat kami akan menginap jam 10.30 WIB. Itu baru sampai ke tempat menginap ya. Setelah istirahat sejenak, lalu kami berangkat lagi dan sampai ke titik pertama penyaluran bantuan dan tiba jam 13.00 WIB. Bisa dibayangkan perjalanannya. Cukup pegal karena sudah lama aku tidak naik mobil dalam durasi waktu yang lama.
Setelah menyalurkan bantuan di titik pertama, kami langsung ke lokasi kedua yang alhamdulillah tidak jauh dari situ. Lalu, sekitar jam empat sore kami langsung berangkat ke lokasi penyaluran bantuan ketiga, yang harus menyeberang pulau lagi. Kami sampai di lokasi ketiga, yaitu di daerah Pulau Talango, sekitar jam enam sore. Perjalanan panjang hari itu berakhir sekitar delapan malam ketika kami sampai di tempat kami menginap.
Hari kedua, kami menyalurkan di dua titik saja. Oleh karena lokasinya di pelosok Kabupaten Sampang, tepatnya di sebuah sekolah yang terletak di Desa Robatal, kami berangkat jam 06.00 WIB dari tempat menginap. Alhamdulillah kami tiba di titik pertama jam delapan pagi dan melanjutkan titik penyaluran kedua yang kami capai jam 11.30 WIB sebelum salat zuhur waktu setempat.
Perjalanan panjang selama dua hari sejak dari Sidoarjo hingga kembali ke Sidoarjo. Alhamdulillah perjalanan panjang dari Sidoarjo hingga kami kembali pulang tidak ada kendala berarti. Perlindungan Allah SWT sangat terasa bagiku. Padahal, secara rute, selain jarak yang jauh, dari sisi jalan yang kami lewati tidak semuanya aspal yang nyaman.
Silaturahmi
Pertemuan kami dengan orang-orang Madura di setiap lokasi penyaluran sangat membahagiakan karena keramahan mereka, termasuk berkah makanan di setiap lokasi. Alhamdulillah rezeki makanan selalu tersedia selain kopi.
Bagiku secara pribadi, bertemu dengan masyarakat Madura, sebagai seorang yang cenderung introver, aku belajar untuk keluar dari zona nyaman. Aku berjuang bersilaturahmi dengan orang-orang baru yang berbeda budaya, termasuk bahasa dan makanan. Sayur daun kelor menjadi menu spesial yang mereka berikan. Belum lagi buah-buahan setempat seperti pisang serta es kelapa yang menyegarkan.
Rezeki Ilahi
Sejujurnya aku iri sekaligus bahagia melihat setiap pribadi yang mendapatkan mushaf Al-Qur’an dari donatur, terutama adik-adik yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Mereka tampak antusias menerima mushaf yang kami bagikan. Aku iri karena mereka bisa belajar dari dini ayat-ayat suci dari Allah SWT. Namun, karena melihat betapa semangatnya mereka, aku juga bersyukur karena dua hal.
Pertama, bahagianya memberikan dampak lewat penyaluran mushaf Al-Qur’an yang mereka butuhkan. Kedua, aku bahagia karena aku mendapatkan hidayah memeluk iman yang benar, iman Islam sebelum aku menutup usia. Usia empat puluh tahun menjadi sebuah usia yang tidak terlambat untuk mengenal iman Islam, terutama lewat Al-Qur’an. Ada semangat yang bertambah untuk lancar membaca Al-Qur’an, memahami isinya, dan mengimplementasikannya dalam kehidupanku sehari-hari.
Rezeki Allah SWT itu bukan dalam bentuk materi, namun juga dalam bentuk perlindungan, silaturahmi, dan indahnya berbagi. Itulah rezeki Allah SWT yang kudapatkan dari Madura. Sungguh besar nikmat yang Allah SWT berikan kepadaku lewat pengalaman ini. Mator sakalangkong Madura. Mator sakalangkong ya Allah.
Allahu Akbar.
Sidoarjo, 24 September 2025
Godlif Christian PoEh
*Mator sakalangkong = Terima kasih (bahasa Madura)
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor