Ayatnya ringkas, tak lebih dari tiga ayat. Meski demikian, ayat ini memiliki keutamaan yang teramat luas. Surat ini pendek pun mudah dihafal.
Surat Al Ashr tergolong dalam surat Makiyah. Sebagaimana karakter dari surat Makiyah, surat ini sarat akan peneguhan perjuangan. Segala pedoman untuk menjalani kehidupan ada di dalam surat-surat Makiyah.
Dahulu kala para sahabat memiliki kebiasaan unik terkait dengan surat ini. Imam Thabrani dalam Al Mu’jim Al Awsath meriwayatkan hadits dari Abu Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata, “Dua sahabat Rasulullah tidak akan berpisah hingga salah satu dari mereka membaca surat Al Ashr kemudian mengucapkan salam.”
Kebiasaan yang mereka lakukan adalah bukti bahwa mereka sangat meresapi makna dari surat ini. Meski ringkas namun memiliki keutamaan yang agung.
Kemudian, diterangkan oleh Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam tafsir Al Wasith bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mengawali surat ini dengan bersumpah, demi waktu. Waktu atau masa menjadi sesuatu yang harus membuat manusia belajar semasa hidupnya. Siang dan malam, terang dan gelap membuktikan bahwa kondisi kehidupan terus berjalan dengan dinamis.
Baca juga: Begini Cara Bertayammum di Dalam Kendaraan
Di sisi lain, waktu atau masa menjadi suatu yang sakral, sangat penting. Hingga Syaikh Muhammad Sholih Al Munajid mengutip hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi, “Janganlah kalian mencela Ad Dahr, karena sesungguhnya Allah itu Ad Dahr.”
Oleh karena itu sebagai mukmin yang baik sudah sewajibnya bersyukur atas waktu yang telah dan akan dilewati. Meski kadang mereka mengalami kerugian di dunia, baik dalam perniagaan, kerasnya hidup, kemisikinan, dan lainnya, kerugian itu tidak berarti sama sekali bagi seorang mukmin. Karena, kerugian tersebut akan diganjar oleh Allah kenikmatan di akhirat bagi mereka.
Namun, untuk lepas dari kerugian-kerugian tersebut ada baiknya memenuhi empat kriteria yang terkandung dalam surat Al Ashr.
Kriteria yang pertama adalah sebagai seorang manusia tempat bergantung hanya kepada Allah. Yang dimaksud disini adalah mengimani segala yang Allah ciptakan seperti malaikat, kitab-kitabNya, hari akhir, qadha dan qadar. Dengan mengimani hal-hal tersebut seorang mukmin pastilah selalu memperbaiki dirinya karena ia ingin menjadi pribadi yang baik di mata Allah.
Yang kedua yaitu, selalu beramal shaleh. Mengutip dari tafsir Al Wasith, amal shaleh menunaikan semua kewajiban dan ketaatan lain, melakukan amal baik dan meninggalkan yang buruk dan senantiasa berkata-kata yang baik. Amal shaleh merupakan manifestasi pembuktian keimanan.
Baca juga: Hukum Jimat Bertuliskan Al-Qur’an
Lalu ketiga, saling menasihati dalam hal kebenaran. Semua yang diimani dalam hal kebenaran maka hal-hal tersebut harus disampaikan dan disebarluaskan. Setelah proses perbaikan diri pada dua kriteria di atas, kriteria ketiga memasuki ranah hubungan sosial.
Dan yang terakhir adalah saling mengingatkan dalam kesabaran. Kesabaran yang dimaksud sangat berkaitan dengan kebenaran. Sabar dalam menghindari kemaksiatan, sabar dalam taat, dan sabar menghadapi semua ujian yang diberikan Allah pada dirinya.
Dapat dipahami dari hal-hal tersebut bahwa hikmah dan kandungan surat Al Ashr adalah menumbuhkan kesadaran pribadi. Dimulai dari dirinya sendiri, lalu dilakukan kepada orang lain untuk saling menasihati dan mengingatkan. Orang-orang yang meresapi makna dari surat ini dapat dikatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang beruntung dan lepas dari kerugian baik dunia maupun akhirat. (ipw)