Sedekah adalah ibadah yang bernilai besar dalam agama islam. Allah bersedia membalasnya dengan pemberian tujuh ratus kali lipat, atau bahkan lebih banyak dari itu pada orang yang dikehendakinya. Belum lagi, sedekah akan bisa melapangkan jiwa, membuka pintu rejeki, membuat pelakunya dicintai dan disukai orang lain, mendapat rahmat dan ampunan dari Allah, yang pada akhirnya bisa berujung pada anugerah surga.
Namun di balik semua keistimewaan itu, ternyata setan tidak akan tinggal diam. Dia akan berupaya untuk menggugurkan pahala dan balasannya. Sehingga manusia menyangka telah menjadi dermawan, telah menumpuk banyak pahala, tapi sebenarnya tidak. Karena semuanya ditolak oleh Allah.
Di dalam al-Quran, Allah menjelaskan sedekah yang ditolak pahalanya ini. Yaitu sedekah yang pelakunya suka mengumumkan dan menyebutnya, dan sedekah yang menyakitipenerimanya. Allah berfirman, “Hai orang orang yang beriman, janganlah kalian menghilangkan (pahala) sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.”(QS al Baqarah: 264)
Baca juga: Hukum Membaca Al Qur’an dari Belakang
Baca juga: Sedekah yang Pahalanya Tertolak?
Maka berdasarkan ayat ini, yang tidak mendapat pahala dari Allah yang pertama adalah orang yang bersedekah namun ingin tersiar kabar sedekahnya. Atau seperti yang dicontohkan di dalam ayat tersebut seperti sifat orang tidak beriman yang riya’ terhadap pemberiannya. Dan tentu saja hal ini menyalahi keikhlasan, yang menyandarkan kebaikannya demi Allah semata. Tidak ada masalah apakah orang lain mengetahui atautidak.
Sebenarnya pelaku sedekah harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang proses sebuah amal. Bahwa sebenarnya dia telah diberi oleh Allah berupa harta. Kemudian Allah menggerakkan hatinya untuk bersedekah, sehingga terulurlah tangannya bersedekah. Jadi dia memang bersedekah, tapi sebenarnya dia pada posisi menjadi perantara semata. Jika Allah tidak memberinya kekayaan, maka tidak akan ada yang dia sedekahkan. Atau jika Allah memberinya harta, namun menggenggam hatinya, tidak memberinya hidayah dan tidak menggerakkan niatnya untuk bersedekah, maka tangannya tetap akan terbelenggu tidak terulur memberi.
Maka dengan kondisi ini seharusnya dia bersyukur telah dipilih oleh Allah untuk dijadikan perantara kebaikan. Dan tidak layak menjadikan dirinya berbangga- bangga dengan sedekah itu, pamer, dan ingin dipuji manusia.
Kemudian kedua, sedekah yang ditolak pahalanya adalah sedekah yang menyakiti penerimanya. Dan hal ini sangat mungkin terjadi. Terlebih di jaman sekarang, dimana orang suka membangga banggakan capaian kekayaan ini. Adakalanya pemberi merasa bahwa dia memiliki kedudukan yang lebih mulia dari penerima, sehingga ketika mengulurkan sedekahnya tidak dengan raut muka yang ramah, tanpa senyum, atau bahkan diiringi dengan perkataan yang merendahkan orang miskin di hadapannya itu.
Baca juga: Sumbangan atau Hadiah Apakah Wajib Zakat?
Baca juga: Sedekah dengan Harta Haram, Apa Jadinya?
Atau terkadang berinfakpada penyandang cacat dengan cara melemparkan uang, padahal dia bisa menyerahkannya baik- baik. Atau memberi tetangga sebelah rumah, kemudian menyebut nyebutkannya di depan orang banyak, sehingga tersiarlah kabar kemiskinan tetangganya itu, ketidakak mampuannya, dan keadaannya yang patut dikasihani. Hal ini tentu melukai perasan penerima sedekahnya. Dia jadi malu dan merasa rendah diri. Sehingga wajar jika Allah kemudian bertindak adil, menghukum ketidak baikan ini dengan pembatalan pahala sedekah.
Untuk orang seperti ini hendaknya diberi kesadaran siapa sebenarnya dia di hadapan Allah. Bahwa kedudukannya di sisi Allah bukan dilihat dari kadar harta, berupa kaya atau miskin. Yang membedakan adalah ketakwaan di dalam hati. Ketakwaan yang akan mengantarkan pada keikhlasan dan kualitas amal ibadah.
Bahkan untuk orang kategori ini, seandainya datang kepadanya orang tua renta peminta- minta, kemudian dia menolaknya dengan cara baik- baik dan penuh kesopanan, adalah lebih baik baginya. Atau bila dia kemudian mendapati peminta- minta itu berkata dan berbuat tidak sopan, namun tidak dibalasnya ketidak sopanan itu, bahkan dibukanya hatinya untuk memaafkannya, maka hal ini lebih baik dan lebih bermartabat baginya. Karena hal demikianlah yang dijelaskan oleh Allah di dalam al-Quran. Allah berfirman,“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diikuti dengan perkataan yang menyakiti perasaan si penerima… .(QS al Baqarah: 263)
Demikianlah, semoga kita diberi anugerah oleh Allah berupa kehati- hatian terhadap dua perilaku yang merusak pahala ini. Sehingga sedekah kita tidak sia- sia, dan bahkan berbuah surga. Aamiin..{}