Etika Memilih Pemimpin dalam Islam

Sebentar lagi kita akan menyambut pemimpin baru pasca pemilihan gubernur lalu. Pilihan telah kita pilih. Namun sesungguhnya, Al-Quran telah memberikan begitu banyak tuntunan dan petunjuk bagi kaum Muslimin agar tepat dalam memilih figur seorang pemimpin. Tidak cukup dengan kalimat bernada anjuran, ayat-ayat yang menjelaskan soal ini bahkan disampaikan dengan bahasa perintah dan larangan yang sangat tegas. Tidak hanya sampai di sana,  beberapa ayat bahkan disertai  dengan  ancaman yang sangat serius  bagi  yang  melanggarnya.

Memilih Pemimpin yang Seagama

Begitu banyak dalil yang memperingatkan kita untuk memilih pemimpin yang beragama Islam. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya tak ada lagi hubungan iman dengan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.” (QS. Ali Imran: 28).

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu), sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sungguh orang itu termasuk golongan mereka.” (QS. Al-Maidah: 51).

“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin atau teman penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu ? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS: An-Nisa’ (4): 138-139).

Baca juga: Mengenal Tempat Mustajabah Doa di Baitullah

Memilih Orang yang Memiliki Kapasitas Kepemimpinan yang Baik

Ketika penguasa Persia wafat, mereka lantas mengangkat putri raja sebagai pengganti, yang secara kapasitas tak memadai untuk memimpin negara. Dasar pemilihan mereka hanyalah hubungan kekerabatan saja. Saat itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan, “Tak akan sukses kaum (Persia) yang mengangkat seorang wanita sebagai pemimpin.” (HR Bukhari).

Memilih Orang yang Amanah dan Adil

Rasulullah SAW bersabda: “Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi pentunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai.” (HR Thabrani).

Oleh karena itu, pemimpin yang baik, menurut Rasulullah disebut sebagai pemimpin adil (imam `adl). Sementara pemimpin buruk digambarkan Al-Quran dan hadits sebagai pemimpin zhalim. Adil, artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Sebaliknya, zhalim menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, seperti dikutip dari majalahgontor.

 Memilih Orang yang Memiliki Kepekaan dan Kepedulian terhadap Rakyat Kecil

Seorang pemimpin haruslah memiliki kepedulian terhadap rakyat kecil, menolong golongan mereka agar tidak tertindas dan semakin lemah. Ketika seorang pemimpin abai terhadap rakyat kecil, maka yang berkuasa akan semakin berkuasa, yang lemah akan semakin lemah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa diserahi kekuasaan urusan manusia, lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang yang membutuhkannya, maka Allah tak akan mengindahkannya pada hari kiamat.” (HR Ahmad).

Pemimpin akan menjadi orang yang harus kita taati semasa kepemimpinannya, yang akan menentukan ke mana arah perubahan. Oleh sebab itu penting untuk mengetahui etika dalam memilih pemimpin sesuai ajaran Islam. “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu sekalian kepada Allah dan RasulNya, serta pemimpin diantara kalian.” (Qs. An-Nisa’ (5): 59).

Semoga kita senantiasa mampu memilih pemimpin yang baik, yang mampu membawa perubahan lebih baik untuk dunia dan akhirat.

Baca juga: Keistimewaan dan Pahala Sedekah Subuh
Share your love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Konsultasi via Whatsapp