Menjaga Keistiqamahan Beramal Saleh

Secara umum “amal saleh” itu adalah penjabaran dari “iman kepada Allah Ta’ala” dalam bentuk perbuatan; tindakan maupun ucapan yang dilakukan seseorang; baik dalam hal melaksanakan apa-apa yang telah ditetapkan dan diwajibkan Allah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam maupun hal-hal lainnya yang tidak dijelaskan secara rinci dan tidak bertentangan dengan Alquran dan Sunnah. Dan semuanya itu dilakukan demi melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya, serta semata-mata mencari dan mengharapkan ridha Allah Shubhanahu wa ta’ala. Dan oleh hal yang demikian inilah, maka “sekecil” apapun amal saleh yang dilakukan wajib dijaga dan dipelihara, agar apa yang dilakukan itu tidak sia-sia belaka dan malah balik merugikan diri sendiri.

Satu hal yang patut disyukuri jika seseorang diberi semangat dan giat dalam menjalankan ibadah dan ketaatan untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan lebih tepatnya wajib disyukuri dikarenakan sejatinya tidaklah seseorang itu memiliki semangat dan giat dalam beribadah melainkan atas kemudahan dan bantuan Allah semata. Maksudnya bahwa ibadah yang kita lakukan itu seandainya Allah tidak memberikan tahfik di dalam memudahkannya, maka kita pun mungkin bisa melakukannya.

Baca juga: Anak sebagai Sarana Muhasabah Diri

Amalan sunah yang dicintai Allah bukanlah amalan yang berat melainkan amalan yang senantiasa dijaga keberlangsungannya. Amalan apapun walau itu amalan ringan tetapi bisa tetap terjaga sepanjang hidup, maka inilah amalan yang paling disukai dan dicintai oleh Allah.

Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.

Oleh karena amalan yang paling dicintai oleh Allah ialah amalan yang bisa senantiasa terjaga keberlangsungannya, maka Rasulullah pun mengingatkan dan bahkan melarang umatnya untuk memperberat diri melakukan amalan- amalan berat yang tidak mungkin seseorang mampu untuk menjaganya seumur hidup. Sebagaimana beliau juga mengingatkan kepada  umatnya senantiasa bersifat sederhana ditengah- tengah dalam hal menjalankan ketaatan yang ia lakukan untuk Allah. Ia tidak menyepelekan dan malas- malasan melakukannya, sebagaimana ia juga tidak memberatkan diri didalam pelaksanaannya. Tetapi hendaknya ia pilih untuk dirinya amalan yang mampu untuk bisa terus menjaganya.

Hikmah Mengapa Mesti Merutinkan Amalan

Pertama, melakukan amalan yang sedikit namun kontinu akan membuat amalan tersebut langgeng, artinya akan terus tetap ada.

An Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Ketahuilah bahwa amalan yang sedikit namun rutin dilakukan, itu lebih baik dari amalan yang banyak namun cuma sesekali saja dilakukan. Ingatlah bahwa amalan sedikit yang rutin dilakukan akan melanggengkan amalan ketaatan, dzikir, pendekatan diri pada Allah, niat dan keikhlasan dalam beramal, juga akan membuat amalan tersebut diterima oleh Sang Khalik Subhanahu wa Ta’ala. Amalan sedikit yang rutin dilakukan akan memberikan ganjaran yang besar dan berlipat dibandingkan dengan amalan yang sedikit namun sesekali saja dilakukan”.

Baca juga: Amanah yang Melekat dalam Tubuh

Kedua, amalan yang kontinu akan terus mendapat pahala. Berbeda dengan amalan yang dilakukan sesekali saja meskipun jumlahnya banyak, maka ganjarannya akan terhenti pada waktu dia beramal. Bayangkan jika amalan tersebut dilakukan terus menerus, maka pahalanya akan terus ada walaupun amalan yang dilakukan sedikit.

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, ”Sesungguhnya seorang hamba hanyalah akan diberi balasan sesuai amalan yang ia lakukan. Barangsiapa meninggalkan suatu amalan -bukan karena udzur syar’i seperti sakit, bersafar, atau dalam keadaan lemah di usia senja-, maka akan terputus darinya pahala dan ganjaran jika ia meninggalkan amalan tersebut.”

Ketiga, amalan yang sedikit tetapi kontinu akan mencegah masuknya virus ”futur” (jenuh untuk beramal). Jika seseorang beramal sesekali namun banyak, kadang akan muncul rasa malas dan jenuh. Sebaliknya jika seseorang beramal sedikit namun ajeg (terus menerus), maka rasa malas pun akan hilang dan rasa semangat untuk beramal akan selalu ada. Itulah mengapa kita dianjurkan untuk beramal yang penting kontinu walaupun jumlahnya sedikit.{}

Share your love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Konsultasi via Whatsapp