Oleh Cecep Supriadi
Penulis Bina Qalam Indonesia
Dewasa ini gerakan membaca dan menghafal al-Qur’an sedang booming di berbagai daerah. Fakta di Indonesia, banyak berdiri lembaga-lembaga tahsin dan tahfidz, seperti rumah tahfidz, pesantren tahdidz, bahkan program tahsin dan tahfidz online dengan memanfaatkan media sosial yang ada. Tentunya ini merupakan suatu kemajuan dan perlu diapresiasi. Harapan terbesar dari gerakan ini yaitu membuminya al-Qur’an dengan fungsi-fungsinya.
Di antara fungsi diturunkannya al-Qur’an sebagai petunjuk (al-huda, QS. al-Baqarah:2), pembeda antara hak dan bathil (al-furqon, QS. al-Furqan: 1), dan sebagai obat penawar (asy-Syifa, QS. Yunus: 57). Namun, fungsi-fungsi ini tidak dapat tercapai selain dengan mempelajari dan mengkaji kandungan ayat-ayat yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an tidak hanya dijadikan bacaan sekedar mendapat pahala saja sebagaimana masyarakat pada umumnya, atau hanya disimpan tergeletak di atas lemari. Dan juga tidak hanya menjadi hiasan yang menempel di dinding. Seharusnya seorang muslim mengetahui bagaimana berinteraksi dengan al-Qur’an.
Dalam kitab Maratib Qira’ah al-Qur’an dijelasan enam tahapan berinteraksi dengan al-Qur’an yang sebaiknya dilakukan oleh seorang muslim. Pertama, melafalkan. Membaca al-Qur’an dinilai sebagai ibadah dan mendapat pahala meskipun hanya satu huruf saja. Inilah yang membedakan al-Qur’an dengan bacaan-bacaan lainnya. Kedua, memahami. Seyogyanya seorang muslim memahami al-Qur’an dengan baik. Dengan cara membaca buku-buku tafsir atau mengikuti pengajian-pengajian. Agar dapat diamalkan dalam kehidupan.
Ketiga, tadabbur. Metadabburi ayat al-Qur’an dan mengkaitkannya dengan realita kehidupan saat ini. Sampai kita memahami bahwa setiap kejadian yang terjadi saat ini telah digambarkan dalam al-Qur’an. Keempat, tafakkur, mampu menangkap pesan-pesan yang terkandung dalam al-Qur’an dan menerapkan serta menyampaikannya kepada orang lain.
Kelima, khusyu’. Orang yang memahami, mentadabburi, dan bertafakkur terhadap kandungan ayat- ayat al-Qur’an akan diselimuti dengan hati yang penuh kekhusyuan. Kekhusyuan menunjukan kebersihan hati yang terpancar pada wajah seseorang. Orang yang khusyu’ akan terlihat lebih segar, indah, dan tenang. Dalam aktivitasnya akan bersikap lemah lembut, penuh kasih sayang, dan bertutur kata baik. Keenam, mengamalkan. Seorang muslim yang hatinya selalu khusyu’ akan mudah untuk mengimplementasikan al-Qur’an dalam kehidupannya. Sehingga al-Qur’an tidak hanya pedoman, namun lebih dari itu al-Qur’an menjadi life style seorang muslim.
Setelah istiqomah mengkhatamkan al-Qur’an sekali setiap bulan. Mulailah untuk memahami dan mentadabburi setiap ayat. Seandainya kita membaca 5 ayat beserta tafsirnya setiap hari, maka dalam satu tahun kita sudah membaca sekitar 1750 ayat. Untuk membaca tafsir 30 juz lengkap, kita hanya membutuhkan waktu sekitar 4 tahun saja. Sudahkah terfikirkan? Berapa usia kita saat ini? Wallahu’Alam.{}