“Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan teman-teman setianya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu (memang benar-benar beriman).” QS. Ali Imrah: 175.
“Dan janganlah engkau (Rasulullah) dibuat sedih oleh orang yang bersegera (untuk menuju) di dalam kekafiran. Sesungguhnya mereka sedikitpun tidak akan mampu merugikan Allah. (itu semua karena) Allah ingin meniadakan bagian baik mereka di akhirat. Dan bagi mereka ada adzab yang besar).” QS. Ali Imran: 176.
Dari ayat tersebut, menurut Ustadz Prof. Dr. H. Roem Rowi bahwa Allah menegaskan bahwa orang yang menakut-takuti orang-orang yang dekat dengan-Nya, siapapun dan apapun bentuknya adalah setan. Seperti itu pula orang-orang kafir. Dan memanglah ketika iblis diusir oleh Allah dari surga, ia telah bersumpah untuk terus akan menjerumuskan hamba-hamba Allah yang taat. Bahkan sang iblis menuduh Allah telah pilih kasih dan menyesatkan dirinya sehingga keluar dari surga. Oleh sebab itu, iblis akan terus berusaha menghalangi kita (manusia) untuk taat kepada Allah, hingga akhir zaman.
Baca juga: Tidak ada Kata Ikhlas dalam Surat Al Ikhlas
Namun apabila kita tulus untuk memohon ridha Allah, dan hanya kepada-Nya lah kita berpasrah diri, maka Allah akan senantiasa menjaga orang beriman dari godaan-godaan yang menyesatkan keimanan. Siapakah orang-orang yang beriman itu? Yaitu orang-orang yang merasa takut kepada Allah, bukan kepada ciptaan-Nya Allah, baik itu setan, iblis ataupun makhluk lainnya. Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra menyatakan bahwa orang yang beriman dan bertakwa yaitu Al khoufu minal jalil (adanya rasa takut kepada Dzat Yang Maha Agung, Allah). Takut hisab-Nya, takut azab-Nya, takut neraka-Nya. Jika tidak takut pada hal tersebut, maka janganlah mengaku sebagai orang yang beriman. Selain memiliki rasa takut, orang beriman juga senantiasa menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Bersikap qonaah dan menyiapkan bekal untuk berpulang kepada Allah.
“Ayat ini termasuk ayat tasliyah, yaitu untuk menghibur Rasulullah dan memberi sugesti kepda umat Islam pada saat itu. Pada saat baru saja terluka dari perang uhud, datanglah huru-hara setan. Dimana setan ini berwujud manusia bernama Nu’aim bin Mas’ud. Nu’aim bin Mas’ud sengaja dikirim oleh Abu Sofyan untuk menjatuhkan mental dan semangat juang para kaum muslimin,” lanjut Prof. H. Roem Rowi.
Beliau juga menjelaskan, Yahzunka adalah rasa takut terhadap sesuatu yang telah lalu. Ini berbeda dengan Khoufu, yang berarti rasa takut kepada sesuatu yang belum terjadi. Allah memberitahu bawa tidaklah perlu resah dan takut dengan apa yang orang-orang kafir lakukan, bahkan Allah bisa saja mengembalikan apa yang orang kafir lakukan itu berbalik kepada diri mereka sendiri. Dan Allah tidak akan memberi pahala sedikitpun untuk mereka yang kufur.
Dalam ayat ini juga menunjukkan betapa bencinya orang-orang kafir kepada Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam dan agama yang disebarkannya, yaitu Islam. Orang-orang kafir membuat Rasulullah bersedih hati, oleh karena itu ayat ini diturunkan oleh Allah sebagai penghibur hati kekasih-Nya, tidak lain yaitu Rasulullah. (nis)